Perpisahan SNELIK 2008

Week end go to Talaga Remis

Week end go to Curug Muarajaya Majalengka

Borobudur


CANDI BOROBUDUR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Alasan Memilih Judul

Yang menjadi alasan memilih judul dalam karya tulis yang berjudul “ Candi Borobudur “ ini adalah sebagai berikut:
1. Kita sebagai siswa yang masih banyak memerlukan pengetahuan yang perlu di ketahui
2. Sebagai siswa Supaya dapat menggali ilmu Pengetahuan lebih dalam dan mengembangkannya
3. Sebagai siswa tertarik kepada keindahan dan seni budaya bangunan Candi Borobudur
4. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang sejarah berdirinya Candi Borobudur

B. Batasan Masalah

Agar pembahasan sesuai dengan yang di inginkan penulis dapat tercapai dengan tepat dan benar maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah Candi Borobudur?

2. Apakah Arti Borobudur?
3. Benda – Benda Apa Saja Yang Ada Di Candi Borobudur?
4. Bagaimana Peranan Candi Borobudur Bagi Obyek Wisata?

C. Tujuan Yang Ingin Di Capai
Dengan di buatnya karya tulis ini, penulis mempunyai tujuan pokok yang ingin di capai adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menghayati sejarah berdirinya Candi Borobudur
2. Sebagai siswa harus tahu latar belakang di dirikannya Candi Borobudur
3. Untuk mengetahui makna dan arti yang terkandung dalam komplek bangunan Candi Borobudur
4. Mengetahui peranan Candi Borobudur sebagai objek Wisata

D. Sumber – Sumber Yang Di Gunakan
Sumber – Sumber bahasan yang di gunakan untuk pembuatan karya tulis ini adalah Internet

BAB II

Sejarah Candi Borobudur

Sekitar tiga ratus tahun lampau, tempat candi ini berada masih berupa hutan belukar yang oleh penduduk sekitarnya disebut Redi Borobudur. Untuk pertama kalinya, nama Borobudur diketahui dari naskah Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi, disebutkan tentang biara di Budur. Kemudian pada Naskah Babad Tanah Jawi (1709-1710) ada berita tentang Mas Dana, seorang pemberontak terhadap Raja Paku Buwono I, yang tertangkap di Redi Borobudur dan dijatuhi hukuman mati. Kemudian pada tahun 1758, tercetus berita tentang seorang pangeran dari Yogyakarta, yakni Pangeran Monconagoro, yang berminat melihat arca seorang ksatria yang terkurung dalam sangkar.

Arca Budha dalam relung Candi Borobudur– (arie saksono)

Pada tahun 1814, Thomas Stamford Raffles mendapat berita dari bawahannya tentang adanya bukit yang dipenuhi dengan batu-batu berukir. Berdasarkan berita itu Raffles mengutus Cornelius, seorang pengagum seni dan sejarah, untuk membersihkan bukit itu. Setelah dibersihkan selama dua bulan dengan bantuan 200 orang penduduk, bangunan candi semakin jelas dan pemugaran dilanjutkan pada 1825. Pada 1834, Residen Kedu membersihkan candi lagi, dan tahun 1842 stupa candi ditinjau untuk penelitian lebih lanjut.

Nama Borobudur

Mengenai nama Borobudur sendiri banyak ahli purbakala yang menafsirkannya, di antaranya Prof. Dr. Poerbotjoroko menerangkan bahwa kata Borobudur berasal dari dua kata Bhoro dan Budur. Bhoro berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti bihara atau asrama, sedangkan kata Budur merujuk pada kata yang berasal dari Bali Beduhur yang berarti di atas. Pendapat ini dikuatkan oleh Prof. Dr. WF. Stutterheim yang berpendapat bahwa Borobudur berarti Bihara di atas sebuah bukit.

Prof. JG. De Casparis mendasarkan pada Prasasti Karang Tengah yang menyebutkan tahun pendirian bangunan ini, yaitu Tahun Sangkala: rasa sagara kstidhara, atau tahun Caka 746 (824 Masehi), atau pada masa Wangsa Syailendra yang mengagungkan Dewa Indra. Dalam prasasti didapatlah nama Bhumisambharabhudhara yang berarti tempat pemujaan para nenek moyang bagi arwah-arwah leluhurnya. Bagaimana pergeseran kata itu terjadi menjadi Borobudur? Hal ini terjadi karena faktor pengucapan masyarakat setempat.

Pembangunan Candi Borobudur

Candi Borobudur dibuat pada masa Wangsa Syailendra yang Buddhis di bawah kepemimpinan Raja Samarotthungga. Arsitektur yang menciptakan candi, berdasarkan tuturan masyarakat bernama Gunadharma. Pembangunan candi itu selesai pada tahun 847 M. Menurut prasasti Kulrak (784M) pembuatan candi ini dibantu oleh seorang guru dari Ghandadwipa (Bengalore) bernama Kumaragacya yang sangat dihormati, dan seorang pangeran dari Kashmir bernama Visvawarman sebagai penasihat yang ahli dalam ajaran Buddis Tantra Vajrayana. Pembangunan candi ini dimulai pada masa Maha Raja Dananjaya yang bergelar Sri Sanggramadananjaya, dilanjutkan oleh putranya, Samarotthungga, dan oleh cucu perempuannya, Dyah Ayu Pramodhawardhani.

Sebelum dipugar, Candi Borobudur hanya berupa reruntuhan seperti halnya artefak-artefak candi yang baru ditemukan. Pemugaran selanjutnya oleh Cornelius pada masa Raffles maupun Residen Hatmann, setelah itu periode selanjutnya dilakukan pada 1907-1911 oleh Theodorus van Erp yang membangun kembali susunan bentuk candi dari reruntuhan karena dimakan zaman sampai kepada bentuk sekarang. Van Erp sebetulnya seorang ahli teknik bangunan Genie Militer dengan pangkat letnan satu, tetapi kemudian tertarik untuk meneliti dan mempelajari seluk-beluk Candi Borobudur, mulai falsafahnya sampai kepada ajaran-ajaran yang dikandungnya. Untuk itu dia mencoba melakukan studi banding selama beberapa tahun di India. Ia juga pergi ke Sri Langka untuk melihat susunan bangunan puncak stupa Sanchi di Kandy, sampai akhirnya van Erp menemukan bentuk Candi Borobudur. Sedangkan mengenai landasan falsafah dan agamanya ditemukan oleh Stutterheim dan NJ. Krom, yakni tentang ajaran Buddha Dharma dengan aliran Mahayana-Yogacara dan ada kecenderungan pula bercampur dengan aliran Tantrayana-Vajrayana.

Penelitian terhadap susunan bangunan candi dan falsafah yang dibawanya tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit, apalagi kalau dihubung-hubungkan dengan bangunan-bangunan candi lainnya yang masih satu rumpun. Seperti halnya antara Candi Borobudur dengan Candi Pawon dan Candi Mendut yang secara geografis berada pada satu jalur.

Materi Candi Borobudur

Candi Borobudur merupakan candi terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat di Kamboja. Luas bangunan Candi Borobudur 15.129 m2 yang tersusun dari 55.000 m3 batu, dari 2 juta potongan batu-batuan. Ukuran batu rata-rata 25 cm X 10 cm X 15 cm. Panjang potongan batu secara keseluruhan 500 km dengan berat keseluruhan batu 1,3 juta ton. Dinding-dinding Candi Borobudur dikelilingi oleh gambar-gambar atau relief yang merupakan satu rangkaian cerita yang terususun dalam 1.460 panel. Panjang panel masing-masing 2 meter. Jika rangkaian relief itu dibentangkan maka kurang lebih panjang relief seluruhnya 3 km. Jumlah tingkat ada sepuluh, tingkat 1-6 berbentuk bujur sangkar, sedangkan tingkat 7-10 berbentuk bundar. Arca yang terdapat di seluruh bangunan candi berjumlah 504 buah. Tinggi candi dari permukaan tanah sampai ujung stupa induk dulunya 42 meter, namun sekarang tinggal 34,5 meter setelah tersambar petir.

Menurut hasil penyelidikan seorang antropolog-etnolog Austria, Robert von Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal tata budaya pada zaman Neolithic dan Megalithic yang berasal dari Vietnam Selatan dan Kamboja. Pada zaman Megalithic itu nenek moyang bangsa Indonesia membuat makam leluhurnya sekaligus tempat pemujaan berupa bangunan piramida bersusun, semakin ke atas semakin kecil. Salah satunya yang ditemukan di Lebak Sibedug Leuwiliang Bogor Jawa Barat. Bangunan serupa juga terdapat di Candi Sukuh di dekat Solo, juga Candi Borobudur. Kalau kita lihat dari kejauhan, Borobudur akan tampak seperti susunan bangunan berundak atau semacam piramida dan sebuah stupa. Berbeda dengan piramida raksasa di Mesir dan Piramida Teotihuacan di Meksiko Candi Borobudur merupakan versi lain bangunan piramida. Piramida Borobudur berupa kepunden berundak yang tidak akan ditemukan di daerah dan negara manapun, termasuk di India. Hal tersebut merupakan salah satu kelebihan Candi Borobudur yang merupakan kekhasan arsitektur Budhis di Indonesia.

Misteri seputar Candi Borobudur

Sampai saat ini ada beberapa hal yang masih menjadi bahan misteri seputar berdirinya Candi Borobudur, misalnya dalam hal susunan batu, cara mengangkut batu dari daerah asal sampai ke tempat tujuan, apakah batu-batu itu sudah dalam ukuran yang dikehendaki atau masih berupa bentuk asli batu gunung, berapa lama proses pemotongan batu-batu itu sampai pada ukuran yang dikehendaki, bagaimana cara menaikan batu-batu itu dari dasar halaman candi sampai ke puncak, alat derek apakah yang dipergunakan?. Gambar relief, apakah batu-batu itu sesudah bergambar lalu dipasang, atau batu dalam keadaan polos baru dipahat untuk digambar. Dan mulai dari bagian mana gambar itu dipahat, dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas? masih banyak lagi misteri yang belum terungkap secara ilmiah, terutama tentang ruang yang ditemukan pada stupa induk candi dan patung Budha, di pusat atau zenith candi dalam stupa terbesar, diduga dulu ada sebuah patung penggambaran Adibuddha yang tidak sempurna yang hingga kini masih menjadi misteri.

Kronologis Penemuan dan pemugaran Borobudur

  • 1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.

A. Waktu Di Dirikan

Banyak buku – buku sejarah yang menuliskan tentang Candi Borobudur akan tetapi kapan Candi Borobudur itu di dirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga ) menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9 dari bukti – bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.
Kesimpulan tersebut di atas itu ternyata sesuai benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejrah yang berada di daerah jawa tengah paa khususnya periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra kejayaan ini di tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang di lereng – lereng gunung kebanyakan berdiri khas bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran – dataran adaaalah khas bangunan Budha tapi ada juga sebagian khas Hindu
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena karena usaha untuk menjungjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.

B. Penemuan Kembali

Borobudue yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggidi antara dataran rendah di sekelilingnya
Tidak akan pernah mamasuk akal mereka melihat karya seni terbesar yang merupakan hasil karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran. Kira – kira hanya 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja menghiasi / membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA, sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian karena terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan liar yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya. Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur muncul dari kegelapan masa silam. Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M – 1816 M.
Pada tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman, karen begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut, puing –puing yang masih menutupi candi di sigkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua shingga candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.

C. Penyelamatan I
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi Borobudur mula – mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan serta pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya. Pemugaran Candi Borobudur yang pertam kali di adakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Th Van erf dengan maksudnya adalah untuk menghindari kerusakan – kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur walaupun banyak bagian tembok atau dinding – dinding terutam tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjungmaupun bangunannya sendiri namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur dapat dsi selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu telah mengembalikan kejayaan masa silam, namun juga perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung telah menutupi adan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat merusak bangunan Candi Borobudur, Van Erp berpendapat miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu, Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tn Vanerf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah

D. Pemugaran Candi Borobudur
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973 prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga – tenaga muda lulusan SMA dan SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu – batu yang sudah retak dan pecah, pekerjaan – pekerjan di atas bersifat arkeologi semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur, sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor ( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi menghadap ke timur penulisan dalam prasasti tersebut di tangani langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.

E. Bangunan Candi Borobudur
a. Uraian Banguan Candi Borobudur

Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sebanyak 55.000 M3 bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat ) pada Candi Borobudur tidak ada ruangan di mana orang tak bisa masuk melainkan bisa naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang asli di di tutup oleh batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta yang terbagi ke dalam tiga bagian besar di antaranya :
1. Kamadhatu: Sama dengan alam bawah atau dunia hasrat dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat bahkan di kusai oleh hasrat kemauan dan hawa nafsu, Relief – relief ini terdapat pada bagian kaki candi asli yang menggambarkan adegan – adegan Karmawibangga ialah yang melukiskan hukum sebab akibat.
2. Rupadhatu: Sama dengan alam semesta antara dunia rupa dalam hal manusia telah meninggalkan segala urusan keduniawian dan meninggalkan hasrat dan kemauan bagian ini terdapat pada lorong satu sampai lorong empat
3. Arupadhatu: Sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa yaitu tempat para dewa bagian ini terdapat pada teras bundar ingkat I, II, dan III beserta Stupa Induk.

b. Patung


Di dalam bangunan Budha terdapat patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang terdapat pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas susunan – susunan patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha itu tampak serupa semuanya namun sesunguhnya ada juga perbedaannya perbedaan yang sangat jelas dan juga yang membedakan satu sama lainya adalah dalam sikap tangannyayang di sebut Mudra dan merupakan ciri khas untuk setiap patung sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur ada 6 macam hanya saja karena macam oleh karena macam mudra yang di miliki menghadap semua arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada bagian rupadhatu langkah V maupun pada bagian arupadhatu pada umumnya menggambarkan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok ada 5 kelima mudra it adalah Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.

c. Patung Singa

Pada Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 buah akan tetapi bila di hitung sekarang jumlahnya berkurang karena berbagai sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang juga menghadap ke barat seolah – olah sedang menjaga bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.

d. Stupa

- Stupa Induk
Berukuran lebih besar dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah paling atas yang merupakan mhkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur, garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan juga trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang ialah Stupa yang terdapat pada teras I, II, III di mana di dalamnya terdapat patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa
– stupa tersebut berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I terdapat 32 Stupa
Teras II terdapat 24 Stupa
Teras III terdapat 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa

- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk hampir sama dengan stupa yang lainya hanya saja perbedaannya yang menojol adalah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi hiasan bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menempati relung – relung pada langkah ke II saampai langkah ke V sedangkan pada langkah I berupa Keben dan sebagian berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil ada 1472 Buah.

e. Relief

Relief Karmawibhangga bagian yang terlihat sekarang ini tidaklah sebagaimana bangunan aslinya karena alasan teknis maupun yang lainya maka candi di buatkan batu tambahan sebagai penutup
Relief Karmawibhanga yang terdapat pada bagian Kamadhatu berjumlah 160 buah pigura yang secara jelas menggambarkan tentang hawa nafsu dan kenikmatan serta akibat perbuatan dosa dan juga hukuman yang di terima tetapi ada juga perbuatan baik serta pahalanya.
Yang di perlihatkan pada relief – relief itu antara lain:
- Gambaran mengenai mulut – mulut yang usil orang yang suka mabuk – mabukan perbuatan – perbuatan lain yang mengakibatkan suatu dosa.
- Perbuatan terpuji, gambaran mengenai orang yang suka menolong Ziarah ke tempat suci bermurah hati kepada sesama dan lain – lain yang mengakibatkan orang mendapat ketentraman hidup dan dapat pahala

CANDI BOROBUDUR

renee_borobudur01281

Arca Budha Candi Borobudur dan Bukit Manoreh

courtesy ©2008 Renee Scipio

Stupa Candi Borobudur




Stupa Candi Borobudur – (arie saksono)







Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat, berukuran 123 x 123 meter. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat.

Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.

  • Kamadhatu, bagian dasar Borobudur, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu.
  • Rupadhatu, empat tingkat di atasnya, melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka.
  • Arupadhatu, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang. Melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk.
  • Arupa, bagian paling atas yang melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.

Setiap tingkatan memiliki relief-relief yang akan terbaca secara runtut berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, bermacam-macam isi ceritanya, antara lain ada relief-relief tentang wiracarita Ramayana, ada pula relief-relief cerita jātaka. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).

Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Seorang budhis asal India bernama Atisha, pada abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini. Berkat mengunjungi Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan Sriwijaya), Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara Vikramasila dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam naskah dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut The Lamp for the Path to Enlightenment atau yang lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.

renee_borobudur01981

Arca Budha - Dharmacakra Mudra

courtesy ©2008 Renee Scipio

Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikelilingii rawa kemudian terpendam karena letusan Merapi. Hal tersebut berdasarkan prasasti Kalkutta bertuliskan ‘Amawa’ berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi, kemungkinan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi. Desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo terdapat aktivitas warga membuat kerajinan. Selain itu, puncak watu Kendil merupakan tempat ideal untuk memandang panorama Borobudur dari atas. Gempa 27 Mei 2006 lalu tidak berdampak sama sekali pada Borobudur sehingga bangunan candi tersebut masih dapat dikunjungi.

Fungsi

Borobudur dibina sebagai tempat pemujaan penganut agama Buddha kerana ketika itu seluruh pulau mistik Jawa didiami penganut Buddha. Setiap tahun, sambutan Hari Wesak telah disambut di sini pada bulan Mei. Pembinaan semula kuil Borobudur menyebabkannya semakin terkenal di kalangan penganut Buddha dari seluruh dunia. Hari Wesak adalah untuk memperingati hari kelahiran, nafas penghabisan dan masa apabila Boddhisatva menjadi Buddha.

Tetapi Borobudur tidak ada tempat pemujaan sebagaimana kuil Buddha di India atau di China.

Pengaruh Buddha dan Hindu merosot dengan ketibaan agama baru iaitu agama Islam. Sehingga kini hanya terdapat 2 juta penganut Hindu Buddha di Indonesia dengan tumpuan di pulau Bali. Selepas Islam, pengaruh Kristian turut berkembang luas di Indonesia selama 350 tahun dengan jumlah penganut seramai 5 juta orang.

Kemerosotan Borobudur semakin teruk apabila ia ditimbus oleh abu lava gunung berapi. Terdapat dua bua gunung berapa yang masih aktif iaitu Gunung Sundoro-Sumbing dan Gunung Merbabu-Merapi di Sungai Progo. Kawasan ini terpilih sebagai tempat pembinaan kuil kerana penduduknya ramai dan pertanian padi sawah dapat dijalankan kerana tanih lava gunung berapi sangat subur.

Selain kuil Borobudur adalah 2 lagi kuil di kawasan berdekatan iaitu kuil Pawon dan kuil Mendut. Menurut lisan tempatan, ada jalan selari dari kuil Borobudur ke kuil Mendut. Setiap Mei atau Jun, penganut Buddha mengerjakan perjalanan dari kuil Mendut, ke kuil Pawon dan tamat di kuil Borobudur.

Etimologi

  • Istilah Borobudur tidak dapat dikesan dalam mana-mana artifak kecuali catatan Sir Thomas Stamford Raffles saja antara 1814-1816 iaitu ketika British mengambilalih sementara Bangkahulu dari Belanda.
  • Asal usul istilah Borobudur ini tidak jelas kerana penduduk setempat tidak lagi menjadi penganut agama Buddha. Penduduk pulau mistik Jawa telah lama melupakan agama Buddha. Kita akan merasa aneh akan kewujudan kuil Buddha ini kerana 99% penduduk Indonesia beragama Islam.
  • Bore ialah 'nama sebuah kampung' di situ. Budur ialah 'candi'. Jadi Borobudur bermaksud Candi Bore. Biasanya setiap candi dinamakan sempena nama sesebuah kampung berdekatan. Sepatutnya Raffle menulis 'BudurBoro', bukan 'Borobudur'.
  • Dalam manuskrip Nagarakartagama yang menggunakan bahasa Jawa kuno, karya Mpu Prapanca pada 1365 menyatakan 'Budur' sebagai Budha. Jadi diandaikan 'Budur' dikaitkan dengan ajaran Buddha.
  • Borobudur juga dikatkan dengan Sambharabhudhara yang bermaksud "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
  • Borobudur dikatakan perubahan sebutan "para Buddha" menjadi borobudur atau 'budha'.
  • Dalam bahasa sanskrit dan Bali, Boro bermaksud 'kompleks candi' atau biara. Beduhur bermaksud "tinggi" atau di atas tanah tinggi.

Struktur Borobudur

Borobudur berbentuk gunung 6 segi bujur dan mempunyai 3 tingkat. Pada puncak Borobudur ada stupa induk berbentuk loceng berlubang-lubang. Bahagian paling utama terletak di bahagian puncak yang dikelilingi oleh 72 patung Buddha. Setiap patung Buddha terletak dalam stupa loceng yang berlubang-lubang.

Borobudur ini dihiasai dengan 2672 arca dan 504 patung Buddha. Monumen ini menjadi tempat utama Lord Buddha dan tempat perjalanan pemujaan terpenting penganut Buddha di Indonesia dan dunia. Semasa mendaki, mengelilingi Borobudur menuju Buddha, terdapat 1460 keping arca pada dinding dan hiasan balustrades.

Kosmologi Buddha

Borobudur direka sebagai mandala gergasi, lambang laluan bodhisattva dari samsara kepada nirvana, melalui cerita Sudhana yang digambarkan dalam Gandavyuha Sutra, sebahagian dari Avatamsaka Sutra.

Stupa mengandungi lima tingkat :

Empat yang pertama mengandungi patung Buddha sambhoga-kaya keempat penjuru (seperti Amitabha dan Aksobhya), dari pantheon Mahayana. Tingkat ke lima khas bagi menggambarkan Buddha Vairocana, yang biasanya dikaitkan dengan pusat.

Tingkat kelima dilitupi dengan tiga pelantar bulat, dimana 72 stupa diatur mengelilingi satu stupa besar ditengah.

Sepanjang stupa, dinding-dindingnya dihiasi dengan ukiran arca menggambarkan kehidupan Buddha Shakyamuni dan Mahayana Sutras.

Arca dinding

Terdapat lebih 2672 arca dinding pelbagai aktiviti manusia dan haiwan dan 504 stupa loceng.

Di setiap tingkat, arca-arca dipahat pada ketulan-ketulan baru tumpat dan disusun sehingga menjadi sebuah cerita dan pengajaran bagi mereka yang rajin mengkaji dan mentelaah

Semua arca ini di susun dari kiri ke kanan dan hendaklah dilihat dari kiri ke kanan, mengikut jarum jam atau mapradaksina dalam bahasa bahasa Jawa kuno . Cerita-cerita ini berdasarkan kitab Ramayana dan Jataka. Arca ini bermula dari kiri pintu gerbang dan berakhir di kanan pintu gerbang. Candi ini menghadap ke timur, walaupun pandangan sisi kelihatan sama sahaja.

Secara keseluruhan arca yang terdapat di dinding Borobudur menggambarkan hukum karma . Semua arca bukanlah cerita bersiri kerana setiap pigura boleh berdiri sendiri sebagai satu cerita sebab akibat. Ada gambaran hukuman yang akan direrima jika membuat dosa dan mendapat balasan baik jika membuat kebajikan. (Hukum karma bermaksud buat baik dibalas baik, buat jahat di balas jahat). Rangkaian cerita Buddha ini berakhir dengan tingkat tertinggi iaitu menuju kesempurnaan.

Sejarah arkeologi

Peringkat pertama : Borobudur dibina sekitar tahun 750 dan 850 masehi, berbentuk piramid bertingkat-tingkat, disediakan lorong berjalan kaki. Borobudur tidak dapat disiapkan oleh raja Sailendra yang pertama. Sebalik nya disiapkan 50 tahun kemudian, pada masa pemerintahan puterinya memerintah selepas itu.

Peringkat kedua: Saiz Borobudur dilebarkan dan ditambah 2 tingkat dan satu stupa induk.

Peringkar ketiga : Stupa induk diruntuhkan dan diganti dengan tiga lapis dan setiap lapis dibina deretan stupa loceng dan satu stupa induk.

Peringkat keempat: perubahan pada arca di tangga dan pintu gerbang.

Sejarawan mengaitkan terbengkalainya pembinaan Borobudur kerana kemerosotan pengaruh Hindu Buddha berikutan kedatangan agama Islam ke Jawan Tengah pada kurun ke-14.

Gambaran dinding Borobudur.

Senibina

Borobudur apabila dilihat dari atas kelihatan seperti gergasi Buddha mandala dan sesuai dengan kosmologi Buddha dan ciri-ciri otak manusia. Berbentuk empat segi dan ketinggian 118 meter. Ada 72 stupa berbentuk loceng berlubang-lubang dan di dalam stupa itu ada patung Buddha sedang berehat.

Kira-kira 55,000 meter padu batu konkrit digunakan untuk membna bangunan Borobudur ini. Batu-bata ini diangkut melalui sungai dan mengambil masa 75 tahun untuk disiapkan.

Sistem saliran dan perparitan di sekitar Borobudur amat baik. Ada 100 muncung berlubang untuk air larian. Setiap muncung ini diukir kepala gargoil (makaras).

Borobudur dibina atas sebuah bukit semulajadi dan tidak sama dengan kuil-kuil Buddha di India dan China. Tetapi teknik bangunan sama dengan kuil-kuil lain di Indonesia.

Satu stupa dikatakan mewakili satu makam untuk Lord Buddha. Setiap kuil merupakan rumah dewa. Tetapi ada yang mempertikaikan ia sebuah kuil kerana ada ritual berbentuk 'perjalanan haji'. Mereka akan berjalan mengikut anak tangga.

Kajian Arkeologi

Selama beberapa abad, Borobudur tertimbus oleh lava debu gunung berapi sekitar 1006 Masihi. Sejak itu Borobudur berhenti menjadi tempat pemujaan dan perjalanan penganut Buddha. Penduduk Magelang dikatakan berhijrah ke Jawa Timur berdekatan dengan Brantas pada 928 Masihi. Selepas itu penduduk tempatan mengaitkan stupa besar dengan pelbagai cerita tahyul dan mistik - terutama selepas terjadi kemalangan, pendertaan dan punca kematian.

Contohnya tahun 1709, kematian pemberontak terhadap Raja Mataram telah mati dan dikaitkan dengan stupa besar.

Persoalan timbul, adakah Borobudur dibubarkan setelah mereka menganut agama Islam pada abad ke-15.

Tidak ada catatan jelas tentang siapa yang membina Borobudur ini. Sejarawan hanya mengandaikan Borobudur dibina oleh salah seorang raja Dinasti Sailendra antara 760-830 Masihi. Sailendra adalah serpihan daripada kerajaan Sriwijaya yang berugama Hindu Buddha. Pembinaan mengambil masa 75 tahun dan siap semasa Maharaja Samaratunga, Empayar Sriwijaya.

Ada kekeliruan sama ada raja Salendra yang berugama Buddha yang membina Borobudur. Tetapi artifak yang ditemui di Sojomerto menunjukkan mereka beragama Hindu, Ini tidak menghairankan kerana terdapat banyak kuil Buddha dan Hindu di Lembah Kedu itu. Kuil Borobudur dibina sezaman dengan pembinaan kuil Hindu Shiva Prambanan.

  • 732 Masihi - Raja Sanjaya selaku pengasas Dinasti Sailendra mengarah atau menaungi pembinaan kuil Hindu Shiva lingga di atas sebuah kuil, hanya 10 km di timur Borobudur. Sejarawan mendapati tidak ada konflik antara agama Hindu dan Buddha. Kemungkinan raja Hindu menaungi pembinaan kuil Buddha dan sebaliknya.
  • 1811-1816 - Belanda telah berperang dengan Perancis. Demi keselamatan, Jawa sebagai tanah jajajah telah diserahkan kepada British buat sementara waktu sehingga peperangan selesai.
  • 1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gabenor Jeneral British di Jawa telah mendapat berita tentang penemuan sebuah monumen di desa Boro, Kabupaten Magelang, Semarang, Jawa Tengah. Beliau berminat dalam sejarah Jawa. Pelbagai artifak, barang antik , buku dan surat-surat lama telah dikumpulkan dan dibawa ke Singapura. Dia telah mengarahkan H.C. Cornelius seorang jurutera Belanda untuk menyiasat lokasi tersebut yang penuh semak samun dan sebahagian telah diliputi abu lava gunung berapi.
  • 1931 - pelukis Belanda berugama Hindu Buddha bernama W.O.J. Nieuwenkamp menyatakan teori bahawa Lembah Kedu asalnya sebuah tasik dan Borobudur bagai bunga teratai yang terapung-apung menghiasi tengah tasik tersebut. Bunga teratai selalu terdapat di mana-mana kuil Buddha, contohnya di Angkor Wat, Siem Reap, Kemboja. Roda dharma Buddha pecah lapan juga berasaskan bunga teratai ini.
  • 1835 - tapak tersebut dibersihkan.
  • 1873 - monograf pertama tentang candi Borobudur diterbitkan dalam bahasa Belanda. Monograf ini berdasarkan laporan oleh Corrnellius, Hartmans dan FC Wilsen 1853 dan JFG Brumund. Gambar foto pertama dirakam pada 1873 oleh Isidore van Kinsbergen.
  • 1882 Belanda telah menugaskan arkeologis Groenveldt untuk menilai keadaan sebenar monumen itu.
  • 1900 - Ketua Hindia Belanda berasa bertanggungjawab memulihara candi Borobudur dan menubuhkan pasukan kahas.
  • 1956 - Kerajaan Indonesia merayu bantuan UNESCO. Profesor Dr. C. Coremans dari Belgium ditugaskan menyiasat punca kerosakan dan mencari jalan pemuliharaan.
  • 1963 - Kerajaan Indonesia pimpinan Presiden Sukarnoi setuju Borobudur dipugar dan dibina semula. Namun peristiwa Gestapo 30 September menyebabkan kerja-kerja tergendala.
  • 1968 - Dalam Persidangan UNESCO ke-15 di Paris, Perancis, peruntukan kewangan dan tenaga profesional akan diberi kepada Indonesia bagi menyelamatkan monumen purba itu. Borobudur diwartakan sebagai Keajaipan Dunia.
  • 1971 - Kerajaan Indonesia melantik pasukan diketuai Profesor Ir.Roosseno untuk memulihara Borobudur.
  • 1972 - Jawatankuasa Perunding Antarabangsa UNESCO yang diketuai oleh Roosseno memulakan kajian dan kerja menyelamatkan Borobudur. Kos operasi sebanyak ASD 7.750 juta. ASD 5 juta disediakan oleh UNESCO dan selebihnya oleh Indonesia sendiri.
  • 21 Januari 1985 - Sembilan stupa loceng di Borobudur telah dibom oleh 9 butir bom. Pada 1991, seorang mubaligh Islam, Husein Ali Al Habsyie telah dijatuhi hukuman mati kerana menjadi dalang pengeboman itu.
  • 27 Mei 2006 satu gempa bumi berukuran 6.2 skala richter telah memusnahkan Yogyakarta. Bagaimanapun Borobudur terselamat.

Misteri Candi Borobudur

Masih banyak misteri yang belum terungkap tentang Borobudur. Mengenai penamaan Borobudur sampai sekarang masih belum jelas. Ada beberapa pendapat mengenai nama Borobudur. Borobudur berasal dari gabungan kata bara dan budur (barabudur). Bara berasal dari bahasa sansekerta “vihara” sedangkan budur dari kata “beduhur” yang berarti di atas. Dari gabungan kata tersebut Borobudur dapat diartikan biara/asrama di atas bukit. Pendapat lain adalah pendapat J.G. de Carparis, berdasarkan prasasti Sri Kahulunan (842 M) disebutkan sang kamulan I bhumisambharabudara. Masih banyak pendapat mengenai nama Borobudur .

Misteri lain disekitar Borobudur adalah kepercayaan msyarakat terhadap arca budha di dalam stupa teras tingkat I sisi timur yang dikenal dengan arca Kunto Bimo. Masyarakat percaya bahwa siapa saja yang dapat menyentuh jari manis arca budha bagi laki-laki dan tumit arca budha bagi perempuan, maka keinginannya dapat terkabul.

Misteri lain adalah arca budha yang dikenal dengan mbah belet. Menurut cerita arca tersebut ditemukan di halaman candi dalam keadaan terbenam separo (belet, bs jawa = terbenam) sehingga dinamai mbah belet. Araca tersebut sebenarnya merupakan arca yang belum jadi unfinish budha. menurut penganut budha arca tersebut merupakan budha tertinggi yang dulunya terdapat di dalam stupa induk.

Misteri lain adalah adanya kepercayaan orang khususnya muda-mudi apabila berpacaran di candi Borobudur akan mengalami nasib sial yaitu hubungannya bakal tidak berlangsung lama.

Pemugaran Candi Borobudur

Untuk menjaga kelestarian Candi Borobudur dari ancaman kerusakan, dilakukan usaha berupa pemugaran. Pemugaran Candi Borobudur dilakukan sebanyak dua kali. Pemugaran tahap pertama dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda yang dipimpin oleh Van Erp. Pemugaran tahap kedua dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

Pemugaran tahap I

Pemugaran Candi Borobudur tahap I dilakukan tahun 1907 - 1911 oleh Van Erp. Pemugaran yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahap I lebih banyak ditujukan pada pemugaran bagian atas Candi Borobudur yaitu bagian stupa teras dan stupa induk.

Pemugaran tahap II

Pemugaran Candi Borobudur tahap II dilakukan dari tahun 1973-1983. . Mengingat kompleksnya permasalahan yang terjadi di Candi Borobudur, dalam pemugaran tahap II ini melibatkan beberapa expert dari luar negeri dan ahli-ahli dari berbagai disiplin ilmu. Para staf ahli yang terlibat antara lain ahli purbakala, mikro biologi, mekenika tanah, teknik bangunan, geologi, beton dan lain-lain. Biaya pemugaran ditanggung oleh pemerintah Indonesia dengan bantuan dari UNESCO.

Perencanaan pemugaran meliputi pembongkaran dan pemasangan batu candi, pembetonan fondasi, pembersihan serta pengawetan batu-batu candi. Sasaran pemugaran adalah empat tingkat Rupadhatu, sedangkan kaki candi (Kamadhatu) dan teras candi (Arupadhatu) tidak mengalami pemugaran karena keadaannya dinilai masih stabil.

Kegiatan pemugaran yang dilakukan adalah memasang pelat beton bertulang yang berfungsi sebagai fondasi, pemasangan pipa-pipa beton pada tiap-tiap tingkat untuk pengaturan penyaluran air. Untuk menghambat meresapnya air dari dalam bukit ke permukaan candi, di beberapa tempat diberi lapisan kedap air dan lembaran timah hitam. Batu-batu yang telah dibongkar sebelum dikembalikan ke tempat semula dilakukan pembersihan, perbaikan dan pengawetan.

Kegiatan pemugaran ini diharapkan candi Borobudur akan dapat bertahan sekitar 1000 tahun lagi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari semua masalah tentang sejarah brdirinya Candi Borobudur ini ternyata dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sejarah Candi Borobudur

Waktu didirikannya Candi Borobudur tidaklah dapat diketahui dengan pasti namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga ) menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9 dari bukti – bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.

2. Letak dan Lokasi Candi Borobudur Candi

Borobudur terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang yang letaknya sebelah selatan + 15 km sebelah selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit hampir seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah timur terdapat Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
3. Nama Dan Arti Candi Borobudur

Nama Borobudur berasal dari gabungan kata Boro dan Budur, Boro berasal dari kata Sangsekerta berarti “ Vihara” yang berarti komplek Candi dan Bihara atau juga asrama ( Menurut Purwacaraka Dan Stuten Herm ) sedangkan Budur dalam bahasa Bali “ Bedudur” yang artinya di Atas. Jadi nama Borobudur berarti asrama atau bahasa ( Komplek Candi ) yang terletak di atas bukit

B. Saran – Saran

Dari pembuatan karya tulis ini penulis akan menyajikan beberapa saran diantaranya:
1. kita sebagai generasi muda harus menadi generasi penerus bangsa dengan cara giat belajar dan berlatih supaya menjadi siswa – siswi yang terampil dan bertaqwa
2. Kita sebagai warga negara harus menjaga dan melestarikan bdaya bangsa dengan memelihara tempat – tempat bersejarah sebagai peninggalan nenek moyang kita
3. penulis berharap dengan berkembangnya kebudayaan barat di harapkan pada rekan generasi muda mampu memilih dan menilia budaya yang masuk dan berusaha mempertahankan kebudayaan bangsa sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

1.MoerTjipto, Drs Borobudur, Pawon Dan Mendut, Kanisus Yogyakarta 1993
2.Soediman, Drs Borobudur Salah Satu Keajaiban Dunia Gramedia Yogyakarta, 1980

3.Internet

0 komentar:

Copyright © 2008 - www.muhamadsaiful.co.cc - is proudly powered by Blogger
Blogger Template